Berdasarkan
alirannya, beladiri Pencak Silat yang ada di Jawa Barat dibagi
berdasarkan beberapa aliran. Diantaranya Cimande, Cikalong, Syahbandar
dan beberapa aliran lainnya lagi.
Pencak
Silat Cimande untuk pertamakalinya disebarkan oleh Sakir penduduk
Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Sakir adalah salah seorang tokoh
Pencak Silat, serta ilmu kebatinan Sakir dikenal ?luhung elmu?nya.
Karenanya, Sakir sangat disegani masyarakat. Penduduk setempat
menganggap Sakir sebagai orang tua mereka sendiri.
Banyak
pula muridnya yang sengaja belajar Pencak Silat. Pada saat itu yang
memerintah Kabupaten Cianjur ialah Bupati R. Aria Wiratanudatar II
sebagai Bupati yang ke V dari keturunannya. R. Aria Wiratanudatar II
juga dikenal dengan sebutan Dalem Enoh, memerintah Kabupaten Cianjur
antara tahun 1776-1813. Setelah diketahui Dalem, diangkatlah Sakir
menjadi guru Pencak Silat dan keamanan di Kabupaten. Diantara muridnya
yang termashur ialah putra dalem Enoh yang bernama R. Wiranaga yang
mendapat julukan Aria Cikalong.
Menurut para ahli sejarah di Kabupaten Cianjur,
selain R. Wiranagara terdapat pula R. Obing Ibrahim dan R. Haji Ipung
Prawirasudibja. Merekalah yang menerangkan, bahwa pada tahun 1780 Sakir
pernah dicoba kemahirannya dalam Pencak Silat dengan orang Cina dari
Macao bertempat dialun-alun Cianjur dan pada kesempatan itu Sakir yang
menang.
Pada tanggal 2 April 1812 R. Aria Wiratanudatar
II atau lebih dikenal dengan nama R. Enoh meninggal dunia. Beliau
meninggalkan 3 orang putra yakni : Aria Wiranagara yang lebih dikenal
dengan nama Aria Cikalong, R. Natanagara yang setelah menunaikan Ibadah
Haji lebih dikenal dengan nama R. Haji Muhamad Tobri dan Aom Abas yang
kemudian menjadi Bupati Limbangan.
Untuk
selanjutnya, Sakir dibawa pindah oleh R. Aria Natanagara ke Bogor. Oleh
Bupati Bogor Sakir diangkat menjadi pengawal Bupati. Selama Sakir
mengabdi pada Bupati Bogor, beliau bertempat tinggal di Cimande
(Kabupaten Cianjur). Karena itulah Pencak Silat yang diajarkan dan
disebarkan oleh Sakir disebut Pencak Cimande.
Menurut
cacatat yang diperoleh, tersebarnya Pencak Cimande di Cianjur hanya
sampai tahun 1813. Namun kemudian pada tahun 1819, pencak Cimande ini
tersebar di Cianjur sebelah Selatan. Penyebaran Pencak Cimande ini
dilakukan oleh putra-putra dan murid-muridnya Sakir. Mereka menyebar ke
daerah Cianjur sebelah Selatan dan Garut Selatan khususnya di
daerah-daerah perkebunan sebagai sasaran operasionalnya. Hal ini
berlangsung sampai tahun 1930. Setelah penyebaran Pencak Cimande,
disusul pula dengan Pencak Cikalong dan Syahbandar yang disebarkan oleh
para putra dan murid R. Haji Ibrahim dari Cikalong.
Adapun
yang menciptakan serta mengkreasikan Pencak Cikalong adalah . R. Haji
Ibrahim turunan ke 9 dari Dalem Cikundul, Majalaya Kecamatan Cikalong
Kulon. Ayahnya adalah R. Rajadireja, yang lebih dikenal sebagai Aom
Raja, dan kakeknya adalah R. Wiranagara yang lazim disebut Aria
Cikalong.
R.
Haji Ibrahim dilahirkan pada tahun 1816. Keahlian dalam Pencak Silat
diperolehnya pula dari leluhur kakeknya yang merupakan murid terpandai
dari Sakir.
R.
Haji Ibrahim mulai belajar Pencak dari R. Ateng Alimudin seorang putra
Tubagus Kosim, yang merupakan keturunan ke 13 dari Sultan Hasanudin
(Banten). R. Alimudin menikah dengan R. Siti Hadijah, ipar dari R. Haji
Ibrahim. Sebenarnya R. Haji Ibrahim bukan hanya berguru kepada R. Ateng
Alimudin saja, tetapi dalam melengkapi pengetahuannya tentang Pencak, R.
Haji Ibrahim berguru pula pada Abang Ma’rup, Abang Madi, Abang Kari dan
beberapa pendekar Pencak Silat lainnya.
Menurut catatan R. Haji Ibrahim meninggal dunia pada tahun 1906 dalam usia 90 tahun.
Menurut
R. Obing Ibrahim salah seorang murid R. Haji Ibrahim, yang seolah olah
bersembunyi agar tidak diketahui umum. Ada keistimewaan lainnya yang
dimiliki oleh R. Haji Ibrahim yakni beliau tidak mau dibayar hasil jerih
payahnya mengajar. Namun ajaran Pencak Cikalong hanya diberikan kepada
orang-orang terbatas yang benar-benar melaksanakan persyaratannya, yakni
taat dan taqwa kepada guru, taat dan taqwa kepad ratu, dalam hal ini
pemerintah, taat dan taqwa kepada ayah dan ibu, taat dan taqwa kepada
agama.
Disamping
sebagai syarat mutlak bagi para murid Pencak Cikalong, diusahakan agar
para muridnya tidak hidup sendiri-sendiri, tidak ditunggangi rasa
kontradiksi dan merasa lebih tinggi daripadaa golongan lainnya. Syarat
lainnya, ialah bahwa setiap muridnya harus menginsafinya, bahwa Pencak
Silat yang lahir dan berkembang di Jawa Barat, masih merupakan satu
sumber dan satu saluran dari yang pertama.
Riwayat Singkat Pencak Silat Cikalong
Bermula
dari nama desa Cikalong Kabupaten Cianjur pencak silat Cikalong tumbuh
dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya “Maempo Cikalong”.
Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir
seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan
aliran ini.
Daerah
Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan
kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen
cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
Cikal bakal permainan maempo (maen pohok) ini diajarkan oleh keluarga
bangsawan Cikalong yang bernama Rd.H.Ibrahim dilahirkan di Cikalong 1816
dan wafat 1906 dimakamkan didesa Majalaya Cikalong Cianjur.
Sebelum menunaikan ibadah haji beliau bernama Rd. Djajaperbata yang
memiliki ciri-ciri, bertubuh pendek, berbadan lebar, kekar, tangannya
lancip, keningnya tidak lebar, berwatak keras dan pemberani. Jika
berlatih/menghadapi lawan selalu waspada dan lebih suka menggunakan
teknik bertahan. Teknik serangan yang digunakan selalu diawali dengan
hindaran lalu dilanjutkan serangan beruntun tangan dan kaki. Beliau
tidak saja mahir bermain dengan tangan kosong, melainkan juga dengan
senjata gobang menjadi favoritnya. Permainan maempo dalam hidupnya sudah
menjadi darah daging yang sukar dipisahkan. Kehebatan dan kemahiran
bermain maempo Rd.H.Ibrahim banyak diceriterakan oleh penduduk tempatan
secara ketuktular, salah satu diantaranya:
Konon ketika Rd.H.Ibrahim mengikuti Dalem Prawiradiredja yang lebih
dikenal sebagai Dalem Marhum (wafat 1912) pergi berburu menjangan di
Kecamatan Palumbon, sekarang daerah Kecamatan Mande.
Tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan penduduk, memberitahukan ada seekor
harimau besar di pinggir kali kecil yang sedang meraung.
Dalem Marhum bercanda sembari ngeledek; ucapnya dia bukan pendekar jikalau belum bisa mengalahkan harimau.
Mendengar ejekan Dalem Marhum, Rd.H.Ibrahim telinganya terasa terbakar,
diambilnya gobang kesayangan “Salam Nunggal” yang gagangnya terbuat dari
gading gajah.
Sembari berteriak aku buktikan ucapnya, beliau melangkah tenang dan
meyakinkan pergi diantar penduduk ke lokasi harimau. Disaksikan banyak
mata pertarungan dengan harimau ditepi kali berjalan dengan seru.
Rd.H.Ibrahim mendekati, harimau merasa terdesak dan menerkam dengan
buasnya. Sekali hindar dilanjutkan babatan gobang, mengenai pelipis
harimau jatuh tersungkur mati ditempat. Beliau mengatakan ini pengalaman
pertama dalam hidupnya, perkelaian yang mempertaruhkan hidup mati.
Ucapan selamat sebagai pendekar dari Dalem Marhum penuh kekaguman,
sedangkan masyarakat menceriterakan sebagai kejadian yang menakjubkan.
Keperkasaan, kesaktian sebagi pendekar Cikalong Rd.H.Ibrahim yang sampai
kini melekat dihati masyarakat pencak silat di Jawa Barat. Keberhasilan
diri menjadi pendekar besar yang tersohor berkat dorongan dan tempaan
dari beberapa pendekar di Batavia.
Guru pertama adalah Rd.Ateng Alimudin (kakak misan) yang memperistri kakak perempuannya yaitu Nji Rd.Siti Hadijah.
Rd.Ateng Alimudin pendekar besar dari Kampung Baru Djatinegara Di
Kampung Baru Rd.H.Ibrahim berlatih dasar-dasar pencak silat hingga
menguasai seluruh jurus permainan Rd.Ateng Alimudin. Kecuali berlatih
pencak silat beliau diajar berdagang kuda bekas milik kompeni untuk
diperjualbelikan di Cianjur.
Dorongan hati untuk menguasai dan mau lebih tahu tentang pencak silat di sokong oleh kakak misannya.
Rd.Ateng Alimudin membawanya ke Kampung Karet, Tanah Abang dan
memperkenalkan ke Abang Ma’rup. Permintaanya untuk mempelajari pencak
silat di kabulkan, beliau dengan semangat dan tekun mempelajari permaian
Abang Ma’rup. Dasar yang kuat memperpendek masa berguru untuk menguasai
jurus-jurus yang diajarkan.
Kecerdasan dan ketangkasan menguasai berbagai jurus pencak silat yang
baru diajarkan sangat menajubkan.(beliau mengangkat sebagai guru kedua)
Menurut keterangan ayahnya Rd.Radjadidiredja, Abang Ma’rup adalah
pendekar tersohor di Batavia karena namanya yang tersohor banyak orang
berdatangan dari udik ingin belajar pencak silat.
Ciri-cirinya berbadan pendek bulat kekar, permainan sangat licin sulit
disentuh lawannya, jurus serangannya sering membuat lawan terpedaya.
Rd.H.Ibrahim yang bekerja sebagai pedagang kuda suatu hari membeli kuda
Europa yang binal di Batavia, kuda yang baru dibeli harus diganti tapal
baru, namun pande kuda tidak ada yang berani memasangnya. Menurut
petunjuk beberapa orang, yang berani hanya Bang Madi di Kampung Gang
Tengah.
Kuda binal itu dibawanya, Bang Madi menerima dengan senang hati atas
bekerjaan yang diberikan. Dengan seribu pengalaman Abang Madi dengan
tenang membuka tapal yang sudah usang dan menggantinya dengan yang baru.
Ketika hendak memaku tapal tiba-tiba kuda binal itu menendang, dengan
gerakan secepat kilat tendangan kaki kuda ditangkis lalu patah kaki kuda
itu.
Kejadian itu terjadi didepan mata Rd.H.Ibrahim, beliau memandang peristiwa ini sangat menakjubkan.
Rd.H.Ibrahim memandangi posteur tubuh pendek dan lebar dengan perawakan
muka yang sabar dan selalu merendahkan diri tak nampak sebagai pendekar
pencak silat. Usut ke usut Bang Madi adalah pendekar pencak silat yang
tangguh, atas seizinnya Rd.H.Ibrahim mengangkat Abang Madi sebagai
gurunya yang ketiga.
Tawaran Rd.H.Ibrahim untuk memboyong Abang Madi ke Cikalong diterima,
beliau mempelajari jurus-jurus permainan Abang Madi sampai mahir.
Mengikuti anjuran guru pertama dan ketiga agar Rd.H.Ibrahim menemuhi
Abang Kari, pendekar tersohor yang tinggal di desa Benteng Tangerang.
Pertemuan Rd.H.Ibrahim dengan Abang Kari di Benteng diterima dengan
tangan terbuka, saat itu diungkapkan niatnya untuk berguru pencak silat.
Setelah tahu kedatangan Rd.H.Ibrahim untuk menuntut ilmu, Abang Kari
memberi nasehat dan penjelasan tentang ilmu pencak silat bukan untuk
ria, takabur atau menyakiti dan mencelakakan orang lain.
Pernyataan kesanggupan dan setia mengikuti aturan yang diberikan, Abang Kari menerima Rd.h.Ibrahim sebagai muridnya.
Diawali melakukan puasa di hari Kemis selama sehari suntuk, yang ditutup pada malam harinya. .
Bentuk upacara yang dilakukan, sesudah mandi bersih duduk bersila di
atas kain kafan menghadap ke kiblat, satu sama lain saling berjabatan
tangan berjanji. Rd.H.Ibrahim bersumpah setia siap menjalankan perintah
dan menghindari larangan yang diajarkan oleh ajaran agama Islam dan
gurunya.
Setelah usai upacara ritual, beliau mendapat pelajaran jurus permainan
Abang Kari. Tepat usia 40 tahun Rd.H.Ibrahim dapat menyelesaikan ajaran
pencak silat Abang Kari, namun yang dirasakan dirinya belum cukup
sebagai pendekar. Keinginnya untuk menuntut ilmu kepada
pendekar-pendekar besar tak pernah kunjung padam. Rasa hormat kepada
gurunya tetap menjadi sandaran hidupnya dan menyatakan Abang Kari yang
berpawakan tinggi besar dan dikeningnya terdapat urat yang besar,
memiliki permainan serangan kaki dan tangan yang keras serta beruntun
sebagai gurunya yang ke empat. Usai pengembaran menuntut ilmu pencak
silat di Batavia, beliau kembali ke Cikalong.
Disela-sela waktu luangnya Rd.H. Ibrahim memadukan seluruh permainan
yang dikuasai dan mengajarkan kepandaiannya kepada keluarga terdekat,
murid pertama yaitu Rd. Sirot Pasar Baru Cianjur dan Rd.H. Enoh De Hoofd
Pengulu Cianjur. Pada saat itu ilmu pencak silat di Jawa Barat
merupakan ilmu beladiri yang dirahasiakan dan tidak mudah didapat oleh
kalangan masyarakat awam. Tidak aneh rasanya jika pencak silat Cikalong
hanya berkembang dikalangan keluarga bangsawan di Cikalong.
Murid-murid Rd.H.Ibrahim semakin hari semakin banyak dan mahir
memainkannya. Pencak silat tumbuh terus berkembang bagaikan barang hidup
seperti bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan sesuai
dengan tempat dan waktu sesuai tuntutan zamannya. Pencak silat yang
dipelajari dari keempat gurunya di Batavia dan Tangerang pada dasarnya
tidak mengenal musik pengiring. Didaerah Cianjur yang terkenal sebagai
pusat kebudayaan Sunda, beralkuturasi dengan kebudayaan setempat.
Bentuk olahan baru pencak silat Cikalong disajikan sebagai ibing penca
yang diiringi musik khusus gendang penca. Ibing penca Cikalong semakin
hari banyak digemari dan terus meningkat peminatnya. Dihari perayaan
hitanan atau pesta tertentu ibing penca diperagakan sebagai tontonan
untuk umum. Semakin banyak penduduk mengenal keindahan gerakan permainan
ibing penca yang berasal dari Cikalong dan penduduk daerah lain
memberikan sebutan ” Penca Cikalong”. Berkat pengembangan dan perluasan
perkebunan di zaman kolonial Belanda ke Jawa Timur, aliran pencak silat
Cikalong terbawa oleh pekerja perkebunan yang kebayakan berasal dari
daerah Jawa Barat .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar