lagu

Jumat, 07 April 2017

BENJANG

BENJANG 
Hasil gambar untuk ARTIKEL BENJANG SUNDA

Benjang adalah jenis kesenian tradisional Tatar Sunda, yang hidup dan berkembang di sekitar Kecamatan Ujungberung, Kabupaten Bandung hingga kini. Dalam pertunjukannya, selain mempertontonkan ibingan (tarian) yang mirip dengan gerak pencak silat, juga dipertunjukkan gerak-gerak perkelahian yang mirip gulat.
Seperti umumnya kesenian tradisional Sunda yang selalu mempergunakan lagu untuk mengiringi gerakan-gerakan pemainnya, demikian pula dalam seni benjang, lagu memegang peranan yang cukup penting dalam menampilkan seni benjang. Misalnya, pada lagu Rincik Manik dan Ela-Ela, pemain benjang akan melakukan gerakan yang disebut dogong, yaitu permainan saling mendorong antara du apemain benjang dengan mempergunakan halu (antan) dalam sebuah lingkaran atau arena. Yang terseret ke luar garis lingkaran dalam dogong itu dinyatakan kalah.
Dari gerakan dogong tadi kemudian berkembanglah gerakan seredan, yaitu saling desak dan dorong seperti permainan sumo Jepang tanpa alat apa pun. Begitu pula aturannya, yang terdorong ke luar lingkaran dinyatakan kalah. Gerak seredan berkembang menjadi gerak adu mundur. Dalam gerakan ini yang dipergunakan adalah pundak masing-masing, jadi tidak mempergunakan tangan atau alat apa pun. Selain itu, ada pula yang disebut babagongan, yaitu gerakan atau ibingan para pemain yang mempertunjukkan gerakan mirip bagong (celeng atau **** hutan), dan dodombaan yaitu gerakan atau ibing mirip domba yang sedang berkelahi adu tanduk.
Peraturan untuk babagongan, dogong, seredan maupun adu mundur dan dodombaan adalah melarang pemain menggunakan tangan. Namun, karena seringnya terjadi pelanggaran, terutama oleh pemain yang terdesak, tangan pun tak terhindarkan sering turut sibuk, meraih dan mendorong. Oleh karena itu, dalam peraturan selanjutnya tangan boleh dipergunakan dan terciptalah permainan baru yang disebut genjang.
Benjang sebagai perkembangan dari permainan adu munding (kerbau), lebih mengarah pada permainan gulat. Di dalamnya terdapat gerakan piting (menghimpit) yang dilengkapi dengan gerak-gerak pencak silat. Apabila diperhatikan, bentuk dan gerakan seni genjang ini termasuk seni gulat tradisional.
Tidak ada peraturan khusus mengenai lawan atau pemain, baik berat badan, maupun tinggi rendahnya pemain serta syarat-syarat lainnya. Sebagai pertimbangan hanyalah keberanian dan kesanggupan menghadapi lawan. Peraturan satu-satunya adalah apabila lawan tidak dapat membela diri dari himpitan lawannya dalam keadaan terlentang. Dalam keadaan demikian, maka pemain tersebut dinyatakan kalah. Selanjutnya permainan terus berjalan dengan silih berganti pasangan. Akhirnya, istilah genjang berubah menjadi benjang.
Waditra yang dipergunakan adalah: terebang, kendang, bedug, tarompet dan kecrek. Lagu-lagu yang dibawakan di antaranya: Kembang Beureum, Sorong Dayung, dan Renggong Gancang. Pertunjukan diselenggarakan di tempat terbuka, seperti halaman rumah, dan lapangan. Pertunjukan dimulai pada malam hari pukul 20.00.
Dalam perkembangannya, pertunjukan benjang dilengkapi dengan kesenian lain seperti badudan, kuda lumping, bangbarongan, dan topeng benjang. Seni benjang kemudian melebar hingga ke Desa Cisaranten Wetan, Desa Cisaranten Kulon, Kecamatan Buahbatu, Kecamatan Majalaya, dan Kecamatan Cicadas, Kota Bandung.
budaya sunda tradisional benjangTokoh-tokoh pendiri dan pembaharu perkembangan seni benjang adalah Mama H. Hayat (alm) dan Abah Asrip (alm), keduanya dari Desa Cibiru, Kecamatan Ujungberung, kemudian Abah Alwasih (alm) dari Desa Ciporeat, Kampung Ciwaru, Kecamatan Ujungberung, lalu Mama H. Enjon (alm), seorang tokoh pencak silat yang melengkapi benjang dengan unsur-unsur pencak silat, dan terakhir Nunung Aspali, seorang tokoh yang masih hidup dan memimpin perkumpulan seni benjang “Putra Pajajaran” di Kecamatan Ujungberung.
Ada suatu keistimewaan dalam permainan banjang, disamping mempunyai teknik-teknik kuncian yang mematikan, benjang mempunyai teknik yang unik dan cerdik atau pada keadaan tertentu bisa juga dikatakan licik dalam hal seni beladiri, misalnya dalam teknik mulung yaitu apabila lawan akan dijatuhkan ke bawah, maka ketika posisinya di atas, lawan yang di angkat tadi dengan cepat merubah posisinya dengan cara ngabeulit kaki lawan memancing agar yang menjatuhkan mengikuti arah yang akan dijatuhkan, sehingga yang mengangkat posisinya terbalik menjadi di bawah setelah itu langsung yang diangkat tadi mengunci lawannya sampai tidak berkutik.
Menurut pendapat salah seorang sesepuh benjang yang tinggal di Desa Cibolerang Cinunuk Bandung, bahwa nama benjang sudah di kenal oleh masyarakat sejak tahun 1820, tokoh benjang yang terkenal saat itu, antara lain H. Hayat dan Wiranta. Kemudian ia menjelaskan mengenai asal-usul benjang adalah dari desa Ciwaru Ujungberung, ada juga yang menyebutkan dari Cibolerang Cinunuk, ternyata kedua daerah ini sampai sekarang merupakan tempat berkumpulnya tokoh-tokoh benjang, mereka berusaha mempertahankan agar benjang tetap ada dan lestari, tokoh benjang saat ini yang masih ada, antara lain Adung, Adang, Ujang Rukman, Nadi, Emun, dan masih ada lagi tokoh yang lainnya yang belum sempat penulis catat.
Seperti kita ketahui bahwa negara kita yang tercinta ini kaya dengan seni budaya daerah. Ini terbukti masing-masing daerah memiliki kesenian tersendiri (khas), seperti benjang adalah salah satu seni budaya tradisional Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Bandung dan ternyata di daerah lainpun ada seni budaya tradisional semacam benjang, seperti di daerah Aceh disebut Gedou – gedou, di daerah Tapanuli (Sumut) disebut Marsurangut, di daerah Rembang disebut Atol, di daerah Jawa Timur disebut Patol, di daerah Banjarmasin disebut Bahempas, di daerah Bugis/Sulsel disebut Sirroto, dan di daerah Jawa Barat disebut Benjang.

DAYUNG

DAYUNG


Olahraga dayung merupakan sebuah olahraga yang menggunakan dayung dan berlangsung di atas sungai, danau, dan laut. 
Dalam teknik mendayung dengan oar hanya dikenal dua macam kayuhan yaitu dayung maju dan dayung mundur. 
Jika menginginkan perahu bergerak kedepan maka digunakan dayung maju sedangkan dayung mundur untuk menghentikan perahu yang sedang bergerak maju atau memang menginginkan perahu bergerak mundur. Jika ingin membelokkan perahu ke kanan maka tangan kiri mendayung maju dan tangan kanan mendayung mundur,dan sebaliknya jika ingin membelok kekiri.
"PERKEMBANGAN DAYUNG"
Perkembangan Olahraga Dayung
Sesuai perkembangan zaman, olahraga dayung dari waktu ke waktumengalami perkembangan. Perkembangan tersebut terdiri dari beberapa tinjauanyaitu, perkembangan dayung dunia, dayung Indonesia dan perkembangan dayung di Kabupaten Simeulue.
Olympiade ke-VIII diselenggarakan pada tanggal 13-15 Juli 1924, di SungaiSeine, Paris Prancis. Bersamaan dengan event-event dayung, The Exhibition of the Canadian Canoe diselenggarakan. Jumlah perwakilan dari berbagai Negaradibatasi. Kanada dan Amerika serikat mengirim peserta mereka untuk diperlombakan didalam 6 event. Perlombaan yang berjarak 800 meter dantermasuk single, double dan empat. Menariknya perahu-perahu yang samadigunakan untuk kedua perlombaan kayak dan canoe. Peserta Kanadamemenangkan semua event-event perlombaan canoe.
1. Sejarah Olahraga Dayung
Secara umum, sejarah olahraga dayung itu sendiri tidak bisa ditentukan bangsa mana yang pertama kali menemukan olahraga tersebut. Hal tersebutdikarenakan sejarah olahraga dayung sudah ada sejak zaman kuno sampaimodern, dimana pada masa itu manusia belum mengenal tulisan, sehingga sangatsulit para ahli sejarah olahraga dayung untuk mengungkapkan dengan secara pastidari negara mana olahraga dayung berasal. Dayung sudah ada sejak dulu, karenadasarnya dari kapal yang dikayuh dengan dayung. Hanya saja, belum ada balapanatau lomba seperti sekarang. Catatan orang mesir pada 1430 sebelum Masehi,menyatakan bahwa pejuang Amenhotep atau Amenopis II terkenal dalam halmendayung. Di kepulauan Aenea, para gadis melakukan salah satu acara pemakaman yang dibuat oleh Aeneas untuk menghormati ayahnya. Pada abad ke13, orang Venesia mengadakan festival Regata yang didalamnya terdapat balap perahu antara satu dengan yang lain.Dalam penelitian ini, penulis mengklasifikasikan sejarah olahraga dayungke dalam dua bagian, yaitu sejarah olahraga kuno dan sejarah olahraga modern.
2. Sejarah Olahraga Dayung Kuno
Olahraga Canoe dan kayak adalah secara relatif baru. Meskipun pengunaan jenis-jenis perahu ini kembali mengenang pada zaman batu. Kayak kemungkinan berasal dari Greenland. Dimana suku Eskimo telah mengunakannya untuk berburu
3. Sejarah Olahraga Dayung Modern
Olahraga Dayung sudah dikenal sejak zaman sebelum masehi, tetapi baru pada abad ke-16 diresmikan sebagai bentuk olahraga. Menurut catatan sungaiThames di Ingris sering menimbulkan kecelakaan karena dipakai sebagai saranalalu lintas. Raja Hendri VIII mengeluarkan peraturan, hanya pendayung yangmemiliki izin yang boleh melewati perairan Thames.Sejak saat itu, banyak masyarakat yang ingin tampil menjadi pendayungyang baik. Kemudian munculnya berbagai perlombaan untuk memperebutkangelar-gelar pendayung terbaik selanjutnya, berkembang kegiatan ini menjadi suatucabang olahraga. Perlombaan-perlombaan mulai menjamur. Sekitar abad ke-19, para mahasiswa Inggris mulai tertarik dengan olahraga ini,
TIPS PEMILIHAN KAYAK
1. Berdasarkan Ukuran dan berat
Ukuran memegang peranan penting dalam pemilihan kayak yang sesuai. jenis kayak di sesuaikan dengan postur tubuh.
2. Keseimbangan
  • Keseimbangan sangat perlu dalam memilih kayak. kayak yang berbadan panjang dan lebar ukurannya memiliki keseimbangan yang tinggi.
  • Keseimbangan terdiri dari: keseimbangan primer dan keseimbangan skunder.
  • Keseimbangan Primer adalah, Keseimbangan yang susah untuk berbalik dan cukup stabil, dan akan mudah terbalik apabila sudah lepas dari pusat gravitasinya.
  • Keseimbangan Sekunder adalah, keadaan yang tidak begitu stabil bila berada di dalam perahu, dan sulit untuk berbalik apabila telah melepasi pusat gravitasinya.

PENCAK SILAT

Hasil gambar untuk SILAT


Berdasarkan alirannya, beladiri Pencak Silat yang ada di Jawa Barat dibagi berdasarkan beberapa aliran. Diantaranya Cimande, Cikalong, Syahbandar dan beberapa aliran lainnya lagi.
Pencak Silat Cimande untuk pertamakalinya disebarkan oleh Sakir penduduk Kecamatan Mande Kabupaten Cianjur. Sakir adalah salah seorang tokoh Pencak Silat, serta ilmu kebatinan Sakir dikenal ?luhung elmu?nya. Karenanya, Sakir sangat disegani masyarakat. Penduduk setempat menganggap Sakir sebagai orang tua mereka sendiri.
Banyak pula muridnya yang sengaja belajar Pencak Silat. Pada saat itu yang memerintah Kabupaten Cianjur ialah Bupati R. Aria Wiratanudatar II sebagai Bupati yang ke V dari keturunannya. R. Aria Wiratanudatar II juga dikenal dengan sebutan Dalem Enoh, memerintah Kabupaten Cianjur antara tahun 1776-1813. Setelah diketahui Dalem, diangkatlah Sakir menjadi guru Pencak Silat dan keamanan di Kabupaten. Diantara muridnya yang termashur ialah putra dalem Enoh yang bernama R. Wiranaga yang mendapat julukan Aria Cikalong.
Menurut para ahli sejarah di Kabupaten Cianjur, selain R. Wiranagara terdapat pula R. Obing Ibrahim dan R. Haji Ipung Prawirasudibja. Merekalah yang menerangkan, bahwa pada tahun 1780 Sakir pernah dicoba kemahirannya dalam Pencak Silat dengan orang Cina dari Macao bertempat dialun-alun Cianjur dan pada kesempatan itu Sakir yang menang.
Pada tanggal 2 April 1812 R. Aria Wiratanudatar II atau lebih dikenal dengan nama R. Enoh meninggal dunia. Beliau meninggalkan 3 orang putra yakni : Aria Wiranagara yang lebih dikenal dengan nama Aria Cikalong, R. Natanagara yang setelah menunaikan Ibadah Haji lebih dikenal dengan nama R. Haji Muhamad Tobri dan Aom Abas yang kemudian menjadi Bupati Limbangan.
Untuk selanjutnya, Sakir dibawa pindah oleh R. Aria Natanagara ke Bogor. Oleh Bupati Bogor Sakir diangkat menjadi pengawal Bupati. Selama Sakir mengabdi pada Bupati Bogor, beliau bertempat tinggal di Cimande (Kabupaten Cianjur). Karena itulah Pencak Silat yang diajarkan dan disebarkan oleh Sakir disebut Pencak Cimande.
Menurut cacatat yang diperoleh, tersebarnya Pencak Cimande di Cianjur hanya sampai tahun 1813. Namun kemudian pada tahun 1819, pencak Cimande ini tersebar di Cianjur sebelah Selatan. Penyebaran Pencak Cimande ini dilakukan oleh putra-putra dan murid-muridnya Sakir. Mereka menyebar ke daerah Cianjur sebelah Selatan dan Garut Selatan khususnya di daerah-daerah perkebunan sebagai sasaran operasionalnya. Hal ini berlangsung sampai tahun 1930. Setelah penyebaran Pencak Cimande, disusul pula dengan Pencak Cikalong dan Syahbandar yang disebarkan oleh para putra dan murid R. Haji Ibrahim dari Cikalong.
Adapun yang menciptakan serta mengkreasikan Pencak Cikalong adalah . R. Haji Ibrahim turunan ke 9 dari Dalem Cikundul, Majalaya Kecamatan Cikalong Kulon. Ayahnya adalah R. Rajadireja, yang lebih dikenal sebagai Aom Raja, dan kakeknya adalah R. Wiranagara yang lazim disebut Aria Cikalong.
R. Haji Ibrahim dilahirkan pada tahun 1816. Keahlian dalam Pencak Silat diperolehnya pula dari leluhur kakeknya yang merupakan murid terpandai dari Sakir.
R. Haji Ibrahim mulai belajar Pencak dari R. Ateng Alimudin seorang putra Tubagus Kosim, yang merupakan keturunan ke 13 dari Sultan Hasanudin (Banten). R. Alimudin menikah dengan R. Siti Hadijah, ipar dari R. Haji Ibrahim. Sebenarnya R. Haji Ibrahim bukan hanya berguru kepada R. Ateng Alimudin saja, tetapi dalam melengkapi pengetahuannya tentang Pencak, R. Haji Ibrahim berguru pula pada Abang Ma’rup, Abang Madi, Abang Kari dan beberapa pendekar Pencak Silat lainnya.
Menurut catatan R. Haji Ibrahim meninggal dunia pada tahun 1906 dalam usia 90 tahun.
Menurut R. Obing Ibrahim salah seorang murid R. Haji Ibrahim, yang seolah olah bersembunyi agar tidak diketahui umum. Ada keistimewaan lainnya yang dimiliki oleh R. Haji Ibrahim yakni beliau tidak mau dibayar hasil jerih payahnya mengajar. Namun ajaran Pencak Cikalong hanya diberikan kepada orang-orang terbatas yang benar-benar melaksanakan persyaratannya, yakni taat dan taqwa kepada guru, taat dan taqwa kepad ratu, dalam hal ini pemerintah, taat dan taqwa kepada ayah dan ibu, taat dan taqwa kepada agama.
Disamping sebagai syarat mutlak bagi para murid Pencak Cikalong, diusahakan agar para muridnya tidak hidup sendiri-sendiri, tidak ditunggangi rasa kontradiksi dan merasa lebih tinggi daripadaa golongan lainnya. Syarat lainnya, ialah bahwa setiap muridnya harus menginsafinya, bahwa Pencak Silat yang lahir dan berkembang di Jawa Barat, masih merupakan satu sumber dan satu saluran dari yang pertama.
Riwayat Singkat Pencak Silat Cikalong

Bermula dari nama desa Cikalong Kabupaten Cianjur pencak silat Cikalong tumbuh dikenal dan menyebar, penduduk tempatan menyebutnya “Maempo Cikalong”. Khususnya di Jawa Barat dan diseluruh Nusantara pada umumnya, hampir seluruh perguruan pencak silat melengkapi teknik perguruannya dengan aliran ini.
Daerah Cianjur sudah sejak dahulu terkenal sebagai daerah pengembangan kebudayaan Sunda seperti; musik kecapi suling Cianjuran, klompen cianjuran, pakaian moda Cianjuran yang sampai kini dipergunakan dll.
Cikal bakal permainan maempo (maen pohok) ini diajarkan oleh keluarga bangsawan Cikalong yang bernama Rd.H.Ibrahim dilahirkan di Cikalong 1816 dan wafat 1906 dimakamkan didesa Majalaya Cikalong Cianjur.
Sebelum menunaikan ibadah haji beliau bernama Rd. Djajaperbata yang memiliki ciri-ciri, bertubuh pendek, berbadan lebar, kekar, tangannya lancip, keningnya tidak lebar, berwatak keras dan pemberani. Jika berlatih/menghadapi lawan selalu waspada dan lebih suka menggunakan teknik bertahan. Teknik serangan yang digunakan selalu diawali dengan hindaran lalu dilanjutkan serangan beruntun tangan dan kaki. Beliau tidak saja mahir bermain dengan tangan kosong, melainkan juga dengan senjata gobang menjadi favoritnya. Permainan maempo dalam hidupnya sudah menjadi darah daging yang sukar dipisahkan. Kehebatan dan kemahiran bermain maempo Rd.H.Ibrahim banyak diceriterakan oleh penduduk tempatan secara ketuktular, salah satu diantaranya:
Konon ketika Rd.H.Ibrahim mengikuti Dalem Prawiradiredja yang lebih dikenal sebagai Dalem Marhum (wafat 1912) pergi berburu menjangan di Kecamatan Palumbon, sekarang daerah Kecamatan Mande.
Tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan penduduk, memberitahukan ada seekor harimau besar di pinggir kali kecil yang sedang meraung.
Dalem Marhum bercanda sembari ngeledek; ucapnya dia bukan pendekar jikalau belum bisa mengalahkan harimau.
Mendengar ejekan Dalem Marhum, Rd.H.Ibrahim telinganya terasa terbakar, diambilnya gobang kesayangan “Salam Nunggal” yang gagangnya terbuat dari gading gajah.
Sembari berteriak aku buktikan ucapnya, beliau melangkah tenang dan meyakinkan pergi diantar penduduk ke lokasi harimau. Disaksikan banyak mata pertarungan dengan harimau ditepi kali berjalan dengan seru. Rd.H.Ibrahim mendekati, harimau merasa terdesak dan menerkam dengan buasnya. Sekali hindar dilanjutkan babatan gobang, mengenai pelipis harimau jatuh tersungkur mati ditempat. Beliau mengatakan ini pengalaman pertama dalam hidupnya, perkelaian yang mempertaruhkan hidup mati. Ucapan selamat sebagai pendekar dari Dalem Marhum penuh kekaguman, sedangkan masyarakat menceriterakan sebagai kejadian yang menakjubkan.
Keperkasaan, kesaktian sebagi pendekar Cikalong Rd.H.Ibrahim yang sampai kini melekat dihati masyarakat pencak silat di Jawa Barat. Keberhasilan diri menjadi pendekar besar yang tersohor berkat dorongan dan tempaan dari beberapa pendekar di Batavia.
Guru pertama adalah Rd.Ateng Alimudin (kakak misan) yang memperistri kakak perempuannya yaitu Nji Rd.Siti Hadijah.
Rd.Ateng Alimudin pendekar besar dari Kampung Baru Djatinegara Di Kampung Baru Rd.H.Ibrahim berlatih dasar-dasar pencak silat hingga menguasai seluruh jurus permainan Rd.Ateng Alimudin. Kecuali berlatih pencak silat beliau diajar berdagang kuda bekas milik kompeni untuk diperjualbelikan di Cianjur.
Dorongan hati untuk menguasai dan mau lebih tahu tentang pencak silat di sokong oleh kakak misannya.
Rd.Ateng Alimudin membawanya ke Kampung Karet, Tanah Abang dan memperkenalkan ke Abang Ma’rup. Permintaanya untuk mempelajari pencak silat di kabulkan, beliau dengan semangat dan tekun mempelajari permaian Abang Ma’rup. Dasar yang kuat memperpendek masa berguru untuk menguasai jurus-jurus yang diajarkan.
Kecerdasan dan ketangkasan menguasai berbagai jurus pencak silat yang baru diajarkan sangat menajubkan.(beliau mengangkat sebagai guru kedua)
Menurut keterangan ayahnya Rd.Radjadidiredja, Abang Ma’rup adalah pendekar tersohor di Batavia karena namanya yang tersohor banyak orang berdatangan dari udik ingin belajar pencak silat.
Ciri-cirinya berbadan pendek bulat kekar, permainan sangat licin sulit disentuh lawannya, jurus serangannya sering membuat lawan terpedaya.
Rd.H.Ibrahim yang bekerja sebagai pedagang kuda suatu hari membeli kuda Europa yang binal di Batavia, kuda yang baru dibeli harus diganti tapal baru, namun pande kuda tidak ada yang berani memasangnya. Menurut petunjuk beberapa orang, yang berani hanya Bang Madi di Kampung Gang Tengah.
Kuda binal itu dibawanya, Bang Madi menerima dengan senang hati atas bekerjaan yang diberikan. Dengan seribu pengalaman Abang Madi dengan tenang membuka tapal yang sudah usang dan menggantinya dengan yang baru. Ketika hendak memaku tapal tiba-tiba kuda binal itu menendang, dengan gerakan secepat kilat tendangan kaki kuda ditangkis lalu patah kaki kuda itu.
Kejadian itu terjadi didepan mata Rd.H.Ibrahim, beliau memandang peristiwa ini sangat menakjubkan.
Rd.H.Ibrahim memandangi posteur tubuh pendek dan lebar dengan perawakan muka yang sabar dan selalu merendahkan diri tak nampak sebagai pendekar pencak silat. Usut ke usut Bang Madi adalah pendekar pencak silat yang tangguh, atas seizinnya Rd.H.Ibrahim mengangkat Abang Madi sebagai gurunya yang ketiga.
Tawaran Rd.H.Ibrahim untuk memboyong Abang Madi ke Cikalong diterima, beliau mempelajari jurus-jurus permainan Abang Madi sampai mahir.
Mengikuti anjuran guru pertama dan ketiga agar Rd.H.Ibrahim menemuhi Abang Kari, pendekar tersohor yang tinggal di desa Benteng Tangerang.
Pertemuan Rd.H.Ibrahim dengan Abang Kari di Benteng diterima dengan tangan terbuka, saat itu diungkapkan niatnya untuk berguru pencak silat. Setelah tahu kedatangan Rd.H.Ibrahim untuk menuntut ilmu, Abang Kari memberi nasehat dan penjelasan tentang ilmu pencak silat bukan untuk ria, takabur atau menyakiti dan mencelakakan orang lain.
Pernyataan kesanggupan dan setia mengikuti aturan yang diberikan, Abang Kari menerima Rd.h.Ibrahim sebagai muridnya.
Diawali melakukan puasa di hari Kemis selama sehari suntuk, yang ditutup pada malam harinya. .
Bentuk upacara yang dilakukan, sesudah mandi bersih duduk bersila di atas kain kafan menghadap ke kiblat, satu sama lain saling berjabatan tangan berjanji. Rd.H.Ibrahim bersumpah setia siap menjalankan perintah dan menghindari larangan yang diajarkan oleh ajaran agama Islam dan gurunya.
Setelah usai upacara ritual, beliau mendapat pelajaran jurus permainan Abang Kari. Tepat usia 40 tahun Rd.H.Ibrahim dapat menyelesaikan ajaran pencak silat Abang Kari, namun yang dirasakan dirinya belum cukup sebagai pendekar. Keinginnya untuk menuntut ilmu kepada pendekar-pendekar besar tak pernah kunjung padam. Rasa hormat kepada gurunya tetap menjadi sandaran hidupnya dan menyatakan Abang Kari yang berpawakan tinggi besar dan dikeningnya terdapat urat yang besar, memiliki permainan serangan kaki dan tangan yang keras serta beruntun sebagai gurunya yang ke empat. Usai pengembaran menuntut ilmu pencak silat di Batavia, beliau kembali ke Cikalong.
Disela-sela waktu luangnya Rd.H. Ibrahim memadukan seluruh permainan yang dikuasai dan mengajarkan kepandaiannya kepada keluarga terdekat, murid pertama yaitu Rd. Sirot Pasar Baru Cianjur dan Rd.H. Enoh De Hoofd Pengulu Cianjur. Pada saat itu ilmu pencak silat di Jawa Barat merupakan ilmu beladiri yang dirahasiakan dan tidak mudah didapat oleh kalangan masyarakat awam. Tidak aneh rasanya jika pencak silat Cikalong hanya berkembang dikalangan keluarga bangsawan di Cikalong.
Murid-murid Rd.H.Ibrahim semakin hari semakin banyak dan mahir memainkannya. Pencak silat tumbuh terus berkembang bagaikan barang hidup seperti bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan sesuai dengan tempat dan waktu sesuai tuntutan zamannya. Pencak silat yang dipelajari dari keempat gurunya di Batavia dan Tangerang pada dasarnya tidak mengenal musik pengiring. Didaerah Cianjur yang terkenal sebagai pusat kebudayaan Sunda, beralkuturasi dengan kebudayaan setempat.
Bentuk olahan baru pencak silat Cikalong disajikan sebagai ibing penca yang diiringi musik khusus gendang penca. Ibing penca Cikalong semakin hari banyak digemari dan terus meningkat peminatnya. Dihari perayaan hitanan atau pesta tertentu ibing penca diperagakan sebagai tontonan untuk umum. Semakin banyak penduduk mengenal keindahan gerakan permainan ibing penca yang berasal dari Cikalong dan penduduk daerah lain memberikan sebutan ” Penca Cikalong”. Berkat pengembangan dan perluasan perkebunan di zaman kolonial Belanda ke Jawa Timur, aliran pencak silat Cikalong terbawa oleh pekerja perkebunan yang kebayakan berasal dari daerah Jawa Barat .

BOLA BEKEL

BOLA BEKEL 


Permainan bola bekel adalah permainan tradisional yang berasal dari Jawa Timur. Di Jawa Barat permainan bola bekel dikenal dengan nama beklen yang berarti bekal. Beklen atau bekel berasal dari bahasa Belanda yaitu bikkelen. (online: wikipedia.com).
bermain bola bekel
Permainan bola bekel biasanya dimainkan oleh anak perempuan. Namun tidak sedikit pula anak laki-laki yang memainkan permainan bola bekel. Permainan bola bekel biasanya dimainkan oleh dua orang atau lebih. Permainan bola bekel biasanya dimainkan secara perorangan. Permainan bola bekel adalah tipe permainan kompetisi. Permainan bola bekel dilakukan secara bergilir antar pemain. Untuk menentukan urutan pemain biasanya dilakukan melalui hompilah, jika hanya dua orang anak yang memainkannya maka dilakukan suit. Anak yang belum mendapat giliran main harus menunggu temannya yang sedang main.

alat permainan bola bekel
Permainan bola bekel adalah permainan dengan menggunakan bola karet serta beberapa biji bekel. Di Jawa Barat biji bekel lebih populer dengan sebutan kuwuk. Jumlah biji bekel biasanya 10-12 biji.
Cara memainkan bola bekel sangat mudah. Permainan bola bekel dimulai dengan melambungkan bola karet kemudian diikuti dengan menaburkan biji bekel. Sewaktu bola melambung ke atas, anak mengambil biji bekel yang terserak. Seorang pemain akan meraup jumlah biji sesuai dengan tingkatannya (yang disebut dengan mi). Permainan bola bekel dilakukan secara bertingkat. Dimulai dengan pengambilan biji bekel satu-satu yang disebut mihiji, apabila dapat menyelesaikan mihiji kemudian midua (mengambil biji bekel dua-dua dan seterusnya sampai pengambilan semua biji bekel sekaligus).
Dibutuhkan teknik dan strategi yang jitu dalam memainkan permainan ini. Jika biji bekel tidak terambil, bola tidak tertangkap, atau gudir (menyentuh biji bekel yang belum waktunya diambil),  maka dinyatakan lasut dan permainan dilanjutkan oleh pemain berikutnya.
Di daerah Jawa Barat terdapat tiga tahapan posisi dalam permainan bola bekel. Tahap pertama posisi biji bekel bebas, tahap kedua biji bekel harus diubah menjadi terlentang seluruhnya ke atas dan tahap ketiga semua biji bekel harus terlungkup. Peraturan yang berlaku pada tahap kedua dan ketiga sama seperti aturan tahap sebelumnya mulai dari pengambilan satu biji sampai dengan seluruh biji. Tahapan yang paling akhir dinamakan nasgopel. Pada tahap ini anak diharuskan untuk menghadapkan seluruh posisi biji bekel ke atas. Kemudian menghadapkan seluruh biji bekel ke bawah. Setelah itu, anak harus meraup seluruh biji bekel dengan satu genggaman. Peraupan bisa dilakukan oleh dua tangan. Jika anak tidak dapat meraup seluruh biji bekel, maka anak dinyatakan kalah. Seandainya anak kalah, anak harus mengulang pada tahapa awal nagospel. Apabila anak mampu melewati tahapan nagospel, maka anak dinyatakan menang dan dapat beristirahat sambil menunggu teman-temannya menyelesaikan permainan. Biasanya di tahap akhir, terdapat tahap peneguhan (penebakan). Caranya, anak menyembunyikan biji bekel pada tangan kiri dan tangan kanannya. Teman-teman yang tidak bermain harus menebak jumlah biji bekel pada kedua tangan. Jika ada seorang anak yang mampu menebak, maka anak yang telah masuk pada tahap penebakan harus mengulangi tahapan penebakan sekali lagi. Seandainya tidak tertebak maka anak yang main meneruskan permainnya dengan kelipatan biji bekel yang disembunyikan.

OLAHRAGA TRADISIONAL : TARI RENGKUK ALU

Tari Rangkuk Alu


Tari Rangkuk Alu adalah kreasi seni yang tercipta dan berawal dari permainan tradisional Rangkuk Alu atau Rangku Alu. Rangkuk Alu sendiri merupakan permainan tradisional yang menggunakan bambu sebagai alat permainannya. Dalam tarian ini, permainan tersebut dikreasikan dengan berbagai gerakan dan pengiring sehingga menghasilkan sebuah kreasi seni yang khas. Tari Rangkuk Alu ini merupakan salah satu tarian tradisional dari daerah Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur(NTT).

Sejarah Tari Rangkuk Alu

Tarian ini awalnya merupakan sebuah permainan tradisional, yaitu permaianan rangkuk alu. Dalam permaianan tersebut, bambu disusun dan dimainkan secara diayunkan seperti menjepit oleh beberapa orang pemain. Salah satu atau dua pemain melompat-lompat menghindari jepitan dari bambu tersebut.

Saat melompat-lompat menghindari jepitan, pemain seakan melakukan gerakan tari. Dari situlah awal terbentuknya gerakan dasar Tari Rangkuk Alu ini. Gerakan penari dan pemain bambu tersebut kemudian dipadukan dengan irama musik dan lagu daerah sehingga menghasilkan seni yang khas, yaitu Tari Rangkuk Alu. Dulunya, tarian ini sering ditampilkan saat usai panen raya, pada saat bulan purnama. Pada saat itulah para remaja berkumpul dan meramaikan acara ini.

Fungsi Dan Makna Tari Rangkuk Alu

Tari Rangkuk Alu tidak hanya sekedar permainan biasa. Selain sebagai sarana hiburan, Tari Rangkuk Alu juga bisa menjadi sarana edukasi dan pembentukan diri. Dalam memainkan tarian ini dapat melatih kelincahan dan melatih ketepatan dalam bertindak. Selain itu bagi masyarkat di sana, tarian ini tentu juga mengandung nilai-nilai filosofis dan spiritual di dalamnya.

Pertunjukan Tari Rangkuk Alu

Dalam pertunjukannya, tarian rangkuk alu ini dimainkan oleh para remaja, baik laki-laki maupun perempuan dengan menggunakan pakaian adat seperti ikat kepala, baju bero, dan kain songket khas daerah Manggarai. Tari Rangkuk Alu ini biasanya dimainkan oleh 6-8 orang pemegang bambu dan beberapa orang menari secara bergantian. Untuk memainkan bambu tersebut dipadukan dengan irama musik dan lagu, sehingga gerakan para penari pun bisa telihat seirama.

Untuk gerakan tarian ini, sebenarnya berasal dari gerakan para penari saat menghindari jepitan bambu, sehingga didominasi oleh gerakan kaki. Dalam tarian ini tentu membutuhkan kelincahan dan ketepatan untuk menghindari jepitan bambu. Apabila penari kurang lincah maka akan terjatuh karena terjepit bambu. Namun dari situlah keseruan dari Tari Rangkuk Alu ini. Selain mendebarkan juga mengundang gelak tawa para penonton.

Pengiring Tari Rangkuk Alu

Dalam pertunjukan Tari Rangkuk Alu ini biasanya diiringi oleh alunan musik tradisional seperti gong dan gendang. Selain diiringi dengan musik, Tari Rangkuk Alu juga diiringi dengan nyanyian lagu daerah. Seperti yang dikatakan sebelumnya, irama musik dan nyanyian ini juga di sesuaikan dengan pemegang bambu, sehingga gerakan penari yang melompatpun terlihat seirama.

Perkembangan Tari Rangkuk Alu

Dalam perkembangannya, Tari Rangkuk Alu telah menjadi salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di Manggarai, Flores,NTT. Tarian ini sering di tampilkan di berbagai acara seperti acara perayaan, acara budaya, penyambutan tamu penting dan berbagai acara lainnya. Selain sebagai bentuk warisan budaya, Tari Rangkuk Alu juga telah menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang datang kesana.

Sekian pengenalan tentang “Tari Rangkuk Alu Tarian Tradisional Dari Manggarai, Flores, NTT”. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan anda tentang kesenian tradisional di indonesia.

OLAHRAGA TRADISIONAL HADANG

OLAHRAGA HADANG


Hadang adalah permainan olahraga tradisional yang tidak mempergunakan alat apapun sebagaimana permainan tradisional sebelumnya. Olahraga tradisional hadang dimainkan secara beregu, baik putera maupun puteri. Jumlah anggota regu sebanyak 8 orang, terdiri dari 5 orang sebagai pemain inti dan 3 orang selebihnya sebagai pemain cadangan.  Ada sedikit perbedaan pada permainan olahraga tradisional ini, selain dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Namun yang membedakan dengan permainan olahraga tradisional lainnya adalah pada permainan ini tidak hanya dilakukan sebagai permainan untuk dilombakan pada acara peringatan kemerdekaan Republik Indonesia pada bulan Agustus atau peringatan hari jadi Kabupaten atau Kota saja, tetapi juga sering dilakukan sebagai pengisi waktu senggang.

AREA HADANG
Permainan olahraga tradisional hadang ini dapat dibuat di ruangan terbuka (stadion, lapangan terbuka, halaman rumah, lapangan, atau jalan raya bila memungkinkan) maupun tertutup (gedung olahraga, gedung pertemuan). Sebaiknya arena yang akan dipergunakan memiliki permukaan yang datar atau rata. Bentuk area Hadang merupakan area petak persegi panjang lapangan 15 meter dan lebar 9 meter. Kemudian area tersebut dibagi 6 (enam) petak dengan ukran masing-masing 4,5 meter x 5 meter. Pinggir lapangan sebaiknya dibuat jangan dari tali (plastik atau tampar), namun sebaiknya diberi tanda dengan kapur saja. Hal dilakukan untuk menghindari kemungkinan buruk dari salah satu peserta yang terkait tali dan akan mencederai. Garis perminan ditandai dengan garis selebar 5 cm, dan upayakan pembuatan garus tersebut tidak muda luntur atau hilang.

Untuk membedakan regu satu dengan regu lainnya, setiap regu diwajibkan memakai kostum seragam bernonor dada dan punggung dengan ukuran 15 cm x 20 cm, dari angka 1 s.d. 8. Kapten regu diberi tanda khusus pada lengan kanan atas berbentuk pita berwarna melingkar. Lamanya permainan Hadang ini adalah 2 X 15 menit dan diberi waktu istirahat selama 15 menit. Pelatih atau Tim Manajer diperkenankan mengajukan time out. Time out diberikan kepada masing-masing regu 1 (satu) kali, dan masing-masing mendapat jatah 1 (satu) menit. Ketika pelaksanaan time out, jam dimatikan dan dicatat posisi masing-masing pemain. Setelah time out selesai, posisi masing-masing pemain seperti sebelum diberlakukan time out.

Pemenang dalam permainan Hadang ini ditentukan dari besarnya nilai yang diperoleh salat satu regu. Setelah permainan berakhir 2 X 15 menit. Penetapan nilai diambil dari setiap pemain yang berhasil melewati garis depan sampai dengan garis belakang diberi nilai satu, dan pemain yang juga berhasil melewati garis belakang sampai dengan garis depan diberi nilai satu. Apabila, terjadi nilai sama setelah waktu yang ditetapkan 2 X 15 menit, maka diberikan waktu perpanjangan selama 10 menit (2 X 5 menit) tanpa diberi waktu istirahat. Tetapi bila masih sama juga, maka pemenang ditentukan berdasarkan hasil undian.

OLAHRAGA : PANJAT PINANG




Pertanyaan FORMI Kabupaten Jember yang pernah dilontarkan beberapa waktu yang lalu kepada FORMI Jawa Timur, terkait dengan pelaksanaan permainan Panjat Pinang yang sudah menjadi budaya dan selalu dilaksanakan setiap tahun di Kabupaten Jember. Yang menjadi pertanyaan FORMI Kabupaten Jember adalah “Apakah permainan panjat pinang ini termasuk olahraga tradisional ?”. Ini pertanyaan menarik yang sebelumnya FORMI Jawa Timur juga tidak pernah menelusuri dan tidak memiliki data jenis permainan panjat pinang ini secara baik. Secara logika, permainan ini sangat memenuhi kaidah kebugaran jasmani, maka bila permainan ini di masukan ke dalam kategori olahraga rekreasi sangat memenuhi ketentuan. Tetapi bila kita tanyakan bahwa permainan ini kategori tradisional atau tidak, hal ini perlu ada penelusuran sejarah.

Kita mengetahui bahwa hampir semua rakyat Indonesia pasti tahu dengan kegiatan ini. Lebih semaraknya ketika mendekati peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan 17 Agustus dan sesudahnya, banyak masyarakat melaksanakan permainan panjat tebing. Selain asyik untuk ditonton, juga para pemainnya dapat menikmati kegembiraan dalam upaya memanjat pohon pinang ini dengan susah payah untuk dapat meraih hadiah. Hadiah diletakkan pada ujung atas, sedangkan pohon pinang yang dipanjat diluluri sesuatu agar pohon pinang menjadi licin dan sulit untuk dipanjat. Semakin sulit dipanjat, permainan ini semakin asyik dan ramai. Kegiatan ini selain untuk melengkapi kemeriahan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia, juga sebagai bentuk menanamkan rasa semangat kemerdekaan kepada para remaja dan masyarakat umum.
Namun banyak juga yang beranggapan bahwa permainan panjat pinang ini ternyata punya sejarah yang kelam di Indonesia. Bahkan muncul dalam sebuah sinetron Para Pencari Tuhan karya Deddy Mizwar, yang memunculkan adegan dialog menolak permainan panjat pinang untuk dimasukan pada acara peringatan 17 Agustusan, dengan alasan bahwa permainan ini bukan asli permainan rakyat Indonesia tetapi permainan bangsa Belanda. Tidak hanya itu, yang lebih ekstrimnya lagi bila kita baca tulisan pada Wikipedia yang meriwayatkan permainan panjat pinang berasal dari jaman Belanda. Permainan ini diadakan oleh orang Belanda ketika mempunyai acara hajatan besar, seperti pada pelaksanaan acara pernikahan, dan lain-lain. Pada pelaksanaan acara pernikahan ini, orang Belanda memberikan kesempatan kepada orang pribumi untuk turut serta dalam perayaan pernikahan, yaitu dengan cara membagi-bagi hadiah. Ketertarikan orang pribumi pada acara ini karena ada hadiah yang diperebutkan, biasanya berupa bahan makanan, gula, keju, dan terkadang juga pakaian. Namun demikian, tindakan yang dilakukan orang Belanda tidak sekedar memberikan bingkisan hadiah kepada semua orang pribumi yang berkerumun, tetapi harus melalui rintangan, dan rintangan yang dibuat tidaklah mudah ditaklukkan bagi orang pribumi. Bahkan, banyak orang pribumi yang tidak dapat mengambil dan menerima hadiah diperebutkan. Tetapi justru berdampak kepada penderitaan dan rasa sakit pada sekujur tubuhnya. Ketika itu rasanya mustahil orang pribumi mampu mengambil hadiah-hadiah tersebut yang diletakan di puncak sebuah pohon pinang. Pohon pinang yang dipergunakan juga sangat tinggi, selain itu juga dilumuri minyak licin atau oli. Kondisi yang tidak terlatih dalam memanjat dengan kondisi licin tersebut mengakibatkan banyak yang berjatuhan, bahkan tidak sedikit yang mengalami cidera. Kondisi memanjat yang sulit ini terkadang diabaikan oleh orang pribumi, mereka hanya megandalkan ambisi untuk dapat meraih barang-barang yang diletakan di atas pohon pinang, karena mereka berharap apabila barang-barang tersebut mampu mereka ambil akan sangat membantu melanjutkan kehidupan sehari-hari.
Sulitnya orang pribumi memanjat dan meraih hadiah yang terletak di atas pohon pinang tersebut menjadi tontonan yang menarik bagi orang Belanda. Dengan suka ria mereka tertawa dan bergembira serta bersorak-sorak ketika ada orang pribumi tidak berhasil dan bahkan terjatuh. Sebgaian orang menganggap bahwa permainan panjat pinang ini merupakan bentuk permainan orang Belanda untuk melecehkan orang pribumi. Tetapi bila kita mengambil sisi positifnya dari permainan ini tentunya tidak menganggap bahwa permainan ini adalah untuk melecehkan orang pribumi, tetapi justru makna yang terkandung dalam permainan ini yang harus ditangkap adalah sisi positifnya. Sisi positif yang tertuang dalam permainan ini sangat banyak, diantaranya adalah beberapa hal sebagai berikut :
1.    Bentuk permainan panjat tebing ini bila ditata secara baik dalam aturan permainannya akan berdampak positif untuk meningkatkan kebugaran dan menghilangkan kejenuhan akibat aktivitas rutin yang dilakukan seseorang;
2.    Walaupun permainan panjat pinang ini diperkenalkan olah orang Belanda, tetapi  sudah menjadi permainan orang pribumi cukup lama, yaitu sejak nenek moyang semasa penjajahan Belanda. Turun temurun permainan ini sangat disukai, karena sudah ditemukan cara memanjat yang baik sehingga permainan ini mempunyai cara untuk mendapatkan hadiah yang terpasang di atas pohon pinang;
3.  Makna yang terkandung dalam permainan ini sangat mendalam, yaitu bahwa untuk mendapatkan kesuksesan dalam meraih setiap pekerjaan sangat diperlukan strategi, kebersamaan, kekuatan, kekompakan, keuletan, dan koordinasi. Agar memiliki semua komponen yang dibutuhkan tersebut tentunya dibutuhkan konsep pembelajaran peningkatan sumber daya manusianya melalui bentuk pelatihan.
Melihat dari permasalahan tersebut penulis dapat menarik kesimpulan bahwa permainan panjat tebing ini dapat dikategorikan sebagai olahraga tradisional. selain tumbuh dan berkembang secara baik dimasyarakat sudah sejak nenek moyang kita semasa penjajahan orang Belanda, tetapi juga permainan ini sudah menjadi tradisi daerah ter tentu yang selalu melaksanakan kegiatan ini setiap tahun.