lagu

Rabu, 22 Maret 2017

BOY-BOYAN

Boy-boyan

(sumber foto: http://www.bloggersurabaya.web.id/2013/03/permainan-tradisional-boy-boyan.html)
TIDAK bisa dipungkiri, kehadiran berbagai gadget canggih yang bisa melakukan apa saja seakan membunuh hampir semua jenis permainan tradisional. Banyak anak-anak yang lebih memilik bermain angry birds di tablet atau ponsel dibandingkan bermain petak umpet di lapangan. Alasannya beragam, mulai dari panas kalau main di luar atau permainan tradisional sudah tidak up to date lagi. Padahal hampir semua permainan tradisional itu mampu memberikan lebih banyak efek positif dibandingkan dengan hanya bermain playstation atau tablet.
Salah satu permainan tradisonal yang sudah mulai tersisih oleh gadget dan jarang sekali dimainkan oleh anak-anak ialah “Boy-boyan”. Jenis permainan seperti apa ini? Permainan yang menyerupai anak laki-laki? Atau permainan yang dikhususkan untuk anak laki-laki?
Tentu saja bukan dikhususkan untuk anak laki-laki, anak perempuan pun bisa bermain boy-boyan. Sebenarnya, permainan ini memiliki nama yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Misal, di daerah Pati, Jawa Tengah, permainan ini dikenal dengan nama Gaprek Kempung. Di daerah Sunda, ada yang menyebutnya boy-boyan, ada juga yang menyebutnya bebencaran. Dan di beberapa daerah lainnya permainan ini disebut Gebokan, karena katanya suara yang biasa ditimbulkan apabila bola karet yang digunakan dalam permainan mengenai anggota badan dari pemain akan menimbulkan suara “Gebok”.
Walaupun memiliki sebutan yang berbeda-beda, pada intinya permainan boy-boyan ini adalah sama. Permainan tradisional dari Jawa Barat ini memadukan kerja motorik anak dan juga mengasah kemampuan membuat strategi. Boy-boyan sendiri biasanya terdiri dari lima hingga sepuluh pemain yang dibagi menjadi dua kelompok dan dilakukan di lapangan yang cukup luas.
Permainan ini menggunakan alat yang bisa didapat di mana saja dan tak perlu mengeluarkan uang untuk mendapatkannya. Seperti pecahan genting yang bisa didapat disekitar rumah atau kaleng susu bekas dan sebuah bola kecil yang empuk (bisa dibuat dari buntalan kertas yang dilapisi plastik). Ingat bolanya harus empuk ya Sobat Djadoel! Karena selain untuk dilempar ke susunan genting yang berbentuk menara, bola ini juga digunakan untuk dilempar ke tubuh pemain. Jadi, diusahakan bolanya harus empuk agar tidak melukai pemain.
Model permainannya yaitu menyusun lempengan pecahan genting menyerupai menara yang kemudian harus dirubuhkan menggunakan bola dan harus disusun kembali seperti semula. Sesimpel itukah cara mainnya? Ternyata tidak semudah itu loh bermain boy-boyan. Karena disini kita dituntut mempunyai fisik yang bagus karena harus berlari-lari. Selain itu, kita juga dituntut mempunyai kemampuan berstrategi yang baik dan kemampuan bekerjasama yang baik pula supaya bisa memenangkan permainan ini.
Sebelum bermain boy-boyan, selain harus menyiapkan dua alat tadi kita juga harus membagi peserta menjadi dua tim, misal tim A dan tim B. Setelah itu biasanya kedua tim akan melakukan hompimpa untuk menentukan tim mana yang berhak melempar terlebih dahulu. Tim yang menang akan melempar terlebih dahulu dan tim yang kalah kebagian menjaga.
Tim yang menang harus melemparkan bola ke arah tumpukan genting, jika tumpukan tersebut berhasil dihancurkan, maka semua anggota tim yang menang harus berlari untuk menghindari lemparan dari tim yang menjaga. Tim yang menang juga harus menyusun kembali menara genting yang hancur sambil menghindari lemparan bola dari tim yang menjaga.
Jika tim yang menang berhasil menyusun kembali menaranya sebelum semua tim yang menang terkena lemparan bola, maka mereka jadi pemenangya dan berhak menjadi tim pelempar lagi. Sedangkan tim yang menjaga harus berusaha menggagalkan tim yang menang untuk menyempurnakan tumpukan genting dengan melempar bola ke arah badan semua anggota tim yang menang. Apabila semua anggota tim yang menang terkena lemparan atau gagal menghancurkan tumpukan genting, maka tim yang jaga akan mendapat bagian melempar bola ke arah tumpukan genting.
Seperti permainan tradisional lainnya, permainan boy-boyan cenderung menggunakan alat-alat yang sederhana dan memanfaatkan fasilitas yang ada di sekitar rumah, jadi tidak perlu mengeluarkan biaya yang banyak. Tapi, disamping sederhananya alat-alat yang digunakan, permainan tradisonal sendiri mampu mengasah konsentrasi, kecepatan dan ketepatan dari setiap pemainnya. Selain itu itu juga para pemain dituntut untuk saling kerjasama, karena hampir semua permainan tradisional selalu mengutamakan kerjasama tim. Jadi, anak-anak secara tidak langsung belajar bersosialisasi, tidak seperti bermain tablet yang biasa dilakukan di kamar sendirian.
Permainan tradisional juga meniliki nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral tertentu. Jadi, sangat baik jika Sobat Djadoel semua mulai memperkenalkan permainan tradisional kepada masyarakat Indonesia, khususnya kepada anak-anak. Jangan sampai permainan tradisonal ini punah dan anak-anak generasi mendatang menjadi pribadi yang tidak memiliki identitas kebudayaan. 

1 komentar:

  1. How to Play Baccarat Online - Verification & Guide - WSRione
    Baccarat is played in many forms and can be played at the most worrione popular casino table in the 카지노 United 샌즈카지노 States. There are several types of baccarat, including

    BalasHapus